27 September 2009
BINCANG : SOLEH SOLIHUN
Jika anda rajin membaca majalah RollingStone Indonesia, pasti tidaklah asing dengan nama ini. Artikel-artikel panjangnya selalu memenuhi halaman-halaman majalah musik nomor satu di Indonesia itu. Selain kesibukannya di RollingStone, ia juga menggeluti dunia fotografi dengan menjadi fotografer band metal Jakarta paling gaharsaat, Seringai. Berikut petikan wawancara TERSERAH! dengan Soleh Solihun yang ditemui saat pameran fotonya di kawasan Cipete.
Bagaimana kabar anda saat ini dan apa kesibukannya?
Kabar baik. Cuma lagi sakit pinggang aja ini gara-gara kolesterol kayanya. Haha… Kalo kesibukan sih baru aja selesai deadline di majalah tempat saya bekerja, RollingStone.
Apa latar belakang anda mengadakan pameran ini?
Latar belakang diadakan pameran ini sih sebenarnya untuk mempromosikan Howling Wolf yang baru dibuka ini kepada orang-orang.
Apakah anda sendiri pernah memiliki pengalaman sebagai fotografer band selain di Seringai?
Kalau di luar, ya, paling pernah moto saja tapi bukan sebagai fotografer yang resmi. Ya, jadi hanya sebagai iseng-isengan sajalah kalau boleh dibilang. Ya, karena saya pikir kan kalau saya pergi ke acara musik saya tidak tahu mau ngapain. Main instrumen saya ngga bisa. Nah, atas dasar itu lah mungkin saya mulai belajar foto.
Apa yang membuat anda ingin menjadi fotografer Seringai?
Yang ingin membuat saya ingin menjadi fotografer Seringai ya itu tadi. Saya sebenarnya tidak tahu mau ngapain kalau pergi ke konser musik. Tapi di samping itu saya ingin mengabadikan dan berbagi pengalaman kepada orang lain melalui foto-foto saya tentang bagaimana suasana konser ataupun keliaran band rock Seringai . Lalu melalui ini juga saya ingin menunjukkan kepada orang-orang tentang bagaimana Seringai itu ketika berada di belakang panggung ataupun sisi lain Seringai yang mungkin tidak banyak orang tahu, seperti misalnya foto Seringai ketika bermain di acara ulang tahun. Mereka memakai rambut palsu dan membawakan lagu Ramones.
Bukankah itu bertolak belakang dengan image Seringai sendiri sebagai band musik rock?
Nah justru di sisi itu saya ingin menghadirkan sisi lain Seringai kepada orang-orang kalau Seringai itu di balik musiknya yang keras, mereka justru orang-orang yang memiliki sisi humor.
Apakah Seringai sendiri memberikan anda kebebasan dalam bereksplorasi?
Wah kalau masalah itu sih mereka ngga pernah ngatur harus bagaimana-bagaimana. Saya sih diberikan kebebasan dalam bereksplorasi. Tapi mungkin ketika saya dalam satu acara, misalnya saya meminta Arian ketika saya memberi aba-aba maka dia pun mulai bergaya biar dapetnya pas atau kebalikannya misalnya saya ketika si Arian mulai memberi tanda-tanda, maka saya pun mengambil gambar. Ya, bebaslah kalau masalah eksplorasi.
Bisa ceritakan hal yang menurut anda berbeda antara menurut anda berbeda antara menjadi fotografer majalah dan fotografer band?
Yang membuat berbeda adalah akses ketika berada di panggung. Misalnya, ketika di acara Jakarta Rock Parade kemarin. Kalau fotografer atau pers biasa hanya dapat mengambil pemotretan hanya dua lagu saja. Nah, sedangkan fotografer band bisa mengakses ke belakang panggung lalu juga ketika band perform, fotografer bisa mengambil gambar sepanjang performance. Lalu juga kan kalau pers cuma bisa mengambil gambar dari bawah panggung, misalnya. Sedangkan kalau fotografer resmi dapat mengambil gambar dari mana saja.
Siapakah fotografer yang mempengaruhi anda sampai saat ini?
Mungkin kalau fotografer tidak ada ya. Tapi yang mempengaruhi saya adalah musik mungkin. Saya sendiri mulai menjadi fotografer karena waktu itu dilihat di kantor saya dulu, di Playboy, banyak kamera engga dipakai. Nah mulai dari sanalah saya mulai belajar memotret, karena saya juga tidak tahu harus apa yang dilakukan ketika di konser musik.
Apakah anda mempunyai rencana untuk membuat satu pameran tunggal atas nama anda sendiri?
Kalau untuk masalah pameran tunggal, saya sebenarnya ingin sekali membuat satu pameran atas nama saya sendiri. Tapi yang masih menjadi kendala adalah nama saya belum cukup dikenal dan juga, di samping itu yang menjadi masalah adalah dana. Karena untuk mengadakan pameran itu diperlukan dana yang lumayan besar. Karena untuk pameran itu diperlukan biaya seperti tempat, pembuatan bingkai. Ini saja dalam pembuatan bingkainya saya masih dibantu oleh Arian.
Lalu apakah juga pernah anda ingin membuat suatu buku yang memuat semua karya anda seperti yang dilakukan fotografer nya Fugazi contohnya?
Ya ada sih. Tapi masalahnya itu lagi terbentur oleh masalah dana. Terus ada tidak penerbit yang ingin menerbitkan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar